Senin, 04 November 2013

Catatan Idul Adha di Masjid Baiturrahim Patangpuluhan

Pada tanggal 8 Dzulhijjah atau 2 hari sebelum hari raya Idul Adha 1434 H, kami jamaah Masjid Baiturrahim bekerja bakti mempersiapkan kandang tempat hewan Qurban, membersihkan tempat penyembelihan, memasang tenda dan menyiapkan sejumlah alat alat lainnya. Lokasi kandang Qurban terletak disebuah kebun teduh dipinggir Sungai Widuri yang merupakan batas antara Bantul dan kota Yogya.

Kerja bakti sebenarnya baru dimulai puku 08.30, tapi para anggota RISMA sudah mulai lebih dahulu pada pukul 07.00. Agendanya adalah merangkai kandang hewan, memasang tenda, membersihkan tempat penyembelihan, menggeser beberapa barang yang dianggap mengganggu & membuat gantungan untuk pengulitan.
Kerja bakti berjalan dengan mengasyikkan hingga Adzan Dhuhur berkumandang. Sebelum menunaikan Sholat, kami melepas lelah sejenak sambil menikmati kuliner Soto Lenthuk & Bakwan Jagung lezat.
Kerja bakti & snacknya.
Besoknya pada tanggal 9 Dzulhijjah sekitar pukul 11 siang hewan Qurban pertama datang. Seorang sohibul datang sambil menenteng seekor Kambing Jawa berwarna hitam & putih seperti Tapir. Kambing tersebut lalu saya ikat di pohon jambu kecil yang banyak daunnya, agar bisa dimakan si Kambing. Kedatangan si Kambing ini diikuti banyak anak-anak kecil. Berhubung tidak ada pengurus Masjid selain saya disitu, maka saya saja yang menunggui si Kambing hingga tiba waktu Sholat Dzuhur.

Setelah Sholat Dzuhur, sekitar pukul 13.30 rombongan pertama Lembu tiba dengan sebuah truk Pick Up khusus angkutan ternak. Lembu ini dibeli dari pak Supardal. Subhanallah, salut untuk team yang bersusah payah mencari sampai pelosok desa & sukses mendapat Lembu dengan ukuran lebih besar dari yang tahun kemarin. Diantara 3 Lembu yang pertama tiba, 1 ekor yang berwarna coklat adalah Lembu Qurban bapak saya.
Lembu rombongan pertama
Di Masjid Baiturrahim, kami merawat hewan Qurban dengan baik. Lembu yang badannya kotor karena lumpur atau kotoran kami mandikan hingga bersih. Memandikan Lembu juga bermanfaat untuk mengurangi stress hewan sebelum disembelih.
Disini hewan Qurban diberikan pakan sekenyang mereka, mengingat adanya tuntunan agar menyenang-nyenangkan hewan Qurban sebelum saat penyembelihan. Terkadang prihatin juga saya mendengar ada pegurus Masjid yang sengaja mempuasakan hewan Qurban selama berjam-jam hanya sekedar dengan alasan agar besoknya saat disembelih, bagian jerohannya bersih dari kotoran. Ahh yang benar? Nyatanya di Masjid Al Muhtar kampus ISI walau Lembu sudah dipuasakan 12 jam ternyata dalam jerohannya masih penuh dengan kotoran.

Tak lama berselang, datang lagi 2 ekor Domba kecil dari keluarga pak Taufik. Semua kambing saya tempatkan ditempat terpisah, 1 pohon untuk 1 kambing agar talinya tidak saling melilit. Hehehe sebenarnya ini juga untuk memberikan semacam persepsi visual agar Kambingnya terlihat banyak.

Kemudian tak menunggu lama, rombongan kedua Lembu Qurban tiba. Jumlahnya ada 4 ekor dan ukurannya lebih besar dari yang 3 ekor pertama tadi. Pak Keci, sang pemilik sendiri yang mengantarkannya. Total ada 7 ekor Lembu untuk Idul Adha tahun ini. Iuran per sohibul untuk Qurban Lembu adalah Rp 2.000.000, jumlah besaran iuran ini sudah termasuk beaya pengelolaan.

Hal yang sangat disayangkan adalah diantara 7 lembu, hanya 1 yang jenis lokal. Yang lainnya hasil kawin silang. Sapi Jawa putih kini makin langka akibat minimnya minat orang memelihara sapi Jawa.
Padahal daging Sapi Jawa kandungan lemaknya jauh lebih sedikit daripada sapi hasil silangan atau sapi Eropa.
Yah... sudahlah, Idul Adha tahun depan saya akan mempengaruhi panitia qurban untuk mengutamakan jenis Sapi Jawa.
Lembu rombongan kedua

Setelah Lembu datang, seperti biasa anak-anak mulai ramai datang & menontonnya. Memang, ada tuntunan agar hewan Qurban ditempatkan ditanah lapang agar ummat bisa menontonnya, mungkin semacam sebagai syi'ar. Hal ini mengingatkan saya dengan "masjid sebelah" yang selalu tertutup & menyembunyikan hewan Qurbannya disebuah kebun yang tertutup pagar seng menjulang tinggi. Maklum saja, di "masjid sebelah" itu regenerasi ummat begitu kering dan boleh dibilang "masjidnya orang orang tua".

Setelah Isya saya bersiap untuk Takbiran. Takbiran kali ini agak unik, yaitu keliling kampung dengan sepeda yang dihias. Takbiran dengan sepeda yang awalnya ditakutkan kacau, Alhamdulillah justru menjadi rekor takbiran tercepat dan paling ringkas dalam sejarah Patada 8. Kami berhenti di halaman pendopo Kecamatan. Saya ajak anak-anak Patada 8 nonton lembu Qurban dari Masjid Kalimosodo, jumlahnya dua kali lipat jumlah di Masjid Baiturrahim. Tapi untuk ukurannya, Lembu di Baiturrahim masih lebih besar hehehe.
Selesai takbiran, kami kembali ke Masjid Baiturrahim (berangkat takbiran pukul 19.40 sampai Masjid pukul 20.15). Di Masjid kami membagi snack, berfoto-foto & pembagian hadiah untuk anak-anak. Rekan-rekan RISMA ada yang bertakbir dengan corong pengeras suara, tapi saya sendiri langsung bergabung dengan bapak-bapak yang bertugas menunggu Sapi Qurban. Saya ikut menunggui disana sampai sekitar pukul 1 dini hari. Disana saya ngobrol ngalor ngidul soal macam macam hal dengan bapak-bapak.

Sampai malam hari tetap ada Shohibul yang menyerahkan Kambingnya.

Malam semakin larut, karena tak kuat dinginnya maka saya pindah tidur di Masjid saja. Terasa oleh saya hanya sesaat memejamkan mata tiba tiba.....BYARRR lampu Masjid menyala terang, saya bangun. Ternyata sudah pukul 04.05 yang berarti waktunya Azan Subuh. Saya bergegas berwudhu lalu Sholat jamaah.

Setelah Sholat Subuh, seperti sebuah tradisi wajib, saya Sholat Id di Alun Alun Kidul. Motor saya titipkan di Masjid Margoyowono yang letaknya ada disebelah Timur Alun Alun. Di Masjid yang sudah saya anggap sebagai "rumah ketiga" saya ini saya lihat hewan Qurban diikat dipagar tembok pinggir jalan. Oleh pak Hartoko (takmir) berkata "hewan Qurban harus dipertunjukkan pada masyarakat, untuk syi'ar".

Selesai Sholat Id saya bergegas pulang ke Patangpuluhan untuk ikut penyembelihan Qurban di Masjid Baiturrahim. Lokasi menyembelihnya ada didalam gudang Toko Tiga. Sebelum penyembelihan dimulai, eeehh ada lagi yang menyerahkan Kambing. Waduh, waktu itu saya mau bilang kalau menyerahkan Qurban itu sebisa mungkin paling lambat sebelum Sholat Subuh. Karena kalau sebelum prosesi penyembelihan, biasanya akan memperlambat dimulainya prosesi.

Perlu diketahui, jujur saya tidak suka dengan kebiasaan warga sini yang kadang ada yang menyerahkan Kambing Qurban pagi hari sesaat sebelum prosesi penyembelihan.

Akhirnya, saya hitung jumlah Qurban kali ini sejumlah 7 ekor Lembu & 5 ekor Kambing. Jumlah ini menurun sedikit dari tahun kemarin yang berjumlah Lembu 8 ekor & Kambing (hehehe saya lupa, tapi sekitar 10 ekor). Penyembelihan dimulai pukul 08.30, saya suruh anak-anak kecil menggiring Kambing ketempat penyembelihan. Ehh disana ternyata sudah tergolek seekor Kambing Jawa yang entah dari sohibul mana, warnanya belang hitam-putih mirip kambing Jawa pak Rinto. Jadi total Kambing jika ditambah ini adalah 6 ekor.

Catatan penting untuk Idul Adha kali ini adalah, sebaiknya kalung nomor hewan memakan bahan yang kuat...bukannya dengan kertas HVS. Coba nanti tahun depan saya menawarkan diri untuk membuatkan nomor Kambing Qurban dengan bahan triplek seperti di Masjid Wiwarajati.

Lembu nomor 1 adalah salah satu yang paling besar diantara semuanya, badannya tinggi besar & berwarna putih. Lembu jenis Brenggolo ini salah satu sohibulnya adalah Pak Kuskoyo (ketua takmir Baiturrahim). Lembu terbesar adalah nomor 7, sapi berwarna coklat hasil persilangan Ongole x Limousine ini sifatnya beringas. Karena itu yang nomor 7 didahulukan penyembelihannya.

Lembu bapakku mendapat nomor urut 4. Sapi bertubuh kekar padat berisi ini hasil silangan Ongole x Simmental. Untuk tahun ini, Lembu ini diberi nama "Sentinel Prime". Tahun lalu Lembu bapakku yang diberi nama "Sapi Yorkshire" juga nomor 4, jenisnya Ongole berwarna putih tapi ukuran badannya lebih kecil.
Sapi yang salah satu sohibulnya adalah bapakku.
Ini adalah Lembu terakhir yang disembelih, nomor 6.
Weeee lha, Pak Barjo malah ngopo ki??
Setelah semua hewan selesai disembelih, lalu jerohan, kulit & daging dikelola oleh warga yang bahu membahu. Pembagian daging tidak dengan kupon, tidak pula dengan cara warga mengantri datang ke Masjid. Kami panitialah yang mendatangi warga, agar tak terjadi kericuhan antrian yang cuma membuat malu Islam saja. Seperti yang terjadi di Istiqlal. Alhamdulillah, pengelolaah daging qurban berjalan lancar dan tanpa halangan. Ketika adzan Ashar berkumandang, tempat sudah mulai dibersihkan.

Ternyata diantara warga yang bekerja bakti mengelola daging, ada pak Joko yang pada saat itu masih belum memeluk Islam. Perlu saya tegaskan, beberapa hari lalu pak Joko beserta anak & istrinya menyatakan memeluk Islam di Masjid Baiturrahim. Didepan rumahnya pula hewan-hewan Qurban ditambatkan. Maka terbukti bahwa hewan Qurban bisa jadi sarana syi'ar yang ampuh.
Pak Joko
Sekian, wassalamualaikum.