Jumat, 07 Maret 2014

Sapi Brahman & Sapi Ongole

Hingga kini masih ada banyak kalangan yang kesulitan membedakan antara Sapi Ongole (Sapi Jawa) dengan Sapi Brahman (dari India). Karena itu saya sajikan artikel hasil pengamatan saya ini, semoga membantu.

Sapi Brahman.
Sapi Brahman adalah jenis sapi terbesar di Asia. Hidup di daerah yang lingkungannya keras, tandus & persediaan pakan yang terbatas. Karena itu bentuk tubuh sapi tipe Zebu ini beradaptasi dengan lingkungan keras tersebut. Punuknya yang besar adalah tempat cadangan makanan ketika musim kering (seperti halnya pada Unta), gelambir lehernya menjuntai panjang untuk mendinginkan suhu tubuhnya (seperti fungsi telinga Gajah) & tubuhnya anti serangan parasit.

Karena hidup dilingkungan kering, daging sapi Brahman mengandung lemak jauh lebih sedikit dibanding sapi Eropa. Selain itu Sapi Brahman juga tak sungkan memakan pakan berkualitas rendah seperti daun kering atau semak belukar.
Sapi Brahman adalah sapi pedaging sekaligus tipe pekerja. Sapi ini telah dipelihara sejak awal mula sejarah India, mungkin sejak bermilenia lalu.

Di Indonesia bisa dikatakan bahwa Sapi Brahman masih belum merakyat karena baru peternakan kelas besar saja yang sudah memeliharanya. Sapi Brahman ini berasal dari India dan sekitar 1 abad lalu diekspor ke Amerika & Eropa untuk dijadikan Sapi pedaging. Karena keunggulan-keunggulan fisiknya itu Sapi Brahman banyak disilangkan dengan sapi sapi jenis lainnya untuk mendapatkan sapi jenis baru yang memiliki keunggulan gabungan antara ayah dan ibunya tersebut.

Berbeda dengan sapi Ongole yang hampir selalu berwarna putih, Brahman memiliki beragam warna. Tak hanya putih atau kelabu, ada pula yang coklat, totol-totol seperti anjing Dalmatian, loreng-loreng seperti Macan dan bahkan hitam total seperti Banteng hitam lambang PDIP. Tubuh sapi Brahman terlihat panjang dan tinggi besar dengan punuk menjulang seperti punuk Unta.
Ukuran maksimal Sapi Brahman yang di peternakan sering ditemukan mampu mencapai bobot lebih dari 1,5 ton.
Telinga sapi Brahman panjang seperti telinga kelinci, kepalanya sempit dan panjang. Sering ditemukan ada sapi Brahman yang tanduknya panjang seperti Kerbau.



Sapi Ongole.
Anda tentu pernah melihat atau membaca berita tentang sapi Qurban presiden Indonesia bukan? Sepanjang sejarah, memang sapi qurban sumbangan presiden Indonesia selalu dari jenis Ongole lokal.

Sapi yang penyebarannya bersamaan dengan penyebaran agama Hindu ini penyebarannya tak hanya di India,  namun juga ditemukan bukti bukti arkeologi pada relief dan arca Candi yang berbentuk sapi berpunuk. Sebelum penjajah Belanda melakukan program Ongolisasi di Nusantara, disini sudah ada Sapi Ongole asli Jawa yang berwarna putih.

Sapi Ongole adalah jenis sapi terbesar nomor 3 di Asia setelah sapi Brahman dan Banteng India. Sapi berwarna putih yang dipelihara para peternak dan petani kelas menengah kebawah di Indonesia bisa dipastikan adalah Ongole. Sekilas bentuk Ongole begitu mirip dengan Brahman karena sama sama dari jenis Bos Indicus. Namun kalau kedua jenis ini disejajarkan barulah terlihat perbedaan mencolok. Bentuk tubuh sapi Ongole terlihat lebih kekar dari Brahman, lebih gempal dan lebih berotot. Sapi Ongole yang berbobot 1 ton saja sudah luar biasa.

Sama dengan Brahman, Ongole juga sapi tipe pekerja sekaligus pedaging. Di Indonesia, terutama daerah Jawa, sapi Ongole disebut sapi Jawa atau sapi Brenggolo. Di Jawa sapi ini adalah sapi pekerja yang terbukti kuat menjadi alat transportasi dan hewan pengangkut barang. Ada sapi Brenggolo yang menjadi penarik gerobak & bahkan penggerak alat penggiling tepung Bakmi Lethek di Kulonprogo.

Hal inilah yang menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan kehidupan petani, yaitu dengan menjadikannya penarik Gerobak, untuk "Ngluku" (membajak sawah) hingga sebagai "Rojo Koyo" (simbol kemakmuran petani). Karena sejak dahulu petani-petani di Jawa memelihara sapi ini salah satunya adalah sebagai tabungan yang sewaktu waktu bisa dijual.

Sapi Ongole terbesar yang pernah saya lihat adalah sapi Qurban presiden SBY tahun 2008 dengan bobot 1.450 Kg.
Belum lama ini saya melakukan riset didaerah Bantul, ternyata sapi Ongole ada yang berpunuk dan ada yang tidak. Ongole hampir selalu berwarna putih atau kelabu.

Kini di seluruh pelosok Jawa, populasi sapi Ongole murni sudah terdesak oleh Sapi Simmental, sapi hasil silangan & Sapi Limousine. Hal ini juga diperparah dengan kebijakan pemerintah RI melakukan import Sapi hidup dari Australia. Bahkan ada berita yang memberitakan kalau masyarakat Kulonprogo kurang berminat memelihara sapi Ongole.

Padahal, sapi Ongole merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat Jawa. Sifat sapi Ongole yang jinak dan cerdas berbeda sekali dengan sapi dari Eropa atau hasil silangan yang cenderung lebih galak dan rakus. Daging sapi Ongole mengandung lemak yang sedikit, tak seperti sapi Eropa.

Karena itu saya menyarankan dengan sepenuh hati bagi para panitia Qurban di Jawa untuk mengutamakan sapi Ongole ini untuk hewan qurbannya. Mengingat adanya teori "stok produk dipengaruhi oleh permintaan".

Senin, 04 November 2013

Catatan Idul Adha di Masjid Baiturrahim Patangpuluhan

Pada tanggal 8 Dzulhijjah atau 2 hari sebelum hari raya Idul Adha 1434 H, kami jamaah Masjid Baiturrahim bekerja bakti mempersiapkan kandang tempat hewan Qurban, membersihkan tempat penyembelihan, memasang tenda dan menyiapkan sejumlah alat alat lainnya. Lokasi kandang Qurban terletak disebuah kebun teduh dipinggir Sungai Widuri yang merupakan batas antara Bantul dan kota Yogya.

Kerja bakti sebenarnya baru dimulai puku 08.30, tapi para anggota RISMA sudah mulai lebih dahulu pada pukul 07.00. Agendanya adalah merangkai kandang hewan, memasang tenda, membersihkan tempat penyembelihan, menggeser beberapa barang yang dianggap mengganggu & membuat gantungan untuk pengulitan.
Kerja bakti berjalan dengan mengasyikkan hingga Adzan Dhuhur berkumandang. Sebelum menunaikan Sholat, kami melepas lelah sejenak sambil menikmati kuliner Soto Lenthuk & Bakwan Jagung lezat.
Kerja bakti & snacknya.
Besoknya pada tanggal 9 Dzulhijjah sekitar pukul 11 siang hewan Qurban pertama datang. Seorang sohibul datang sambil menenteng seekor Kambing Jawa berwarna hitam & putih seperti Tapir. Kambing tersebut lalu saya ikat di pohon jambu kecil yang banyak daunnya, agar bisa dimakan si Kambing. Kedatangan si Kambing ini diikuti banyak anak-anak kecil. Berhubung tidak ada pengurus Masjid selain saya disitu, maka saya saja yang menunggui si Kambing hingga tiba waktu Sholat Dzuhur.

Setelah Sholat Dzuhur, sekitar pukul 13.30 rombongan pertama Lembu tiba dengan sebuah truk Pick Up khusus angkutan ternak. Lembu ini dibeli dari pak Supardal. Subhanallah, salut untuk team yang bersusah payah mencari sampai pelosok desa & sukses mendapat Lembu dengan ukuran lebih besar dari yang tahun kemarin. Diantara 3 Lembu yang pertama tiba, 1 ekor yang berwarna coklat adalah Lembu Qurban bapak saya.
Lembu rombongan pertama
Di Masjid Baiturrahim, kami merawat hewan Qurban dengan baik. Lembu yang badannya kotor karena lumpur atau kotoran kami mandikan hingga bersih. Memandikan Lembu juga bermanfaat untuk mengurangi stress hewan sebelum disembelih.
Disini hewan Qurban diberikan pakan sekenyang mereka, mengingat adanya tuntunan agar menyenang-nyenangkan hewan Qurban sebelum saat penyembelihan. Terkadang prihatin juga saya mendengar ada pegurus Masjid yang sengaja mempuasakan hewan Qurban selama berjam-jam hanya sekedar dengan alasan agar besoknya saat disembelih, bagian jerohannya bersih dari kotoran. Ahh yang benar? Nyatanya di Masjid Al Muhtar kampus ISI walau Lembu sudah dipuasakan 12 jam ternyata dalam jerohannya masih penuh dengan kotoran.

Tak lama berselang, datang lagi 2 ekor Domba kecil dari keluarga pak Taufik. Semua kambing saya tempatkan ditempat terpisah, 1 pohon untuk 1 kambing agar talinya tidak saling melilit. Hehehe sebenarnya ini juga untuk memberikan semacam persepsi visual agar Kambingnya terlihat banyak.

Kemudian tak menunggu lama, rombongan kedua Lembu Qurban tiba. Jumlahnya ada 4 ekor dan ukurannya lebih besar dari yang 3 ekor pertama tadi. Pak Keci, sang pemilik sendiri yang mengantarkannya. Total ada 7 ekor Lembu untuk Idul Adha tahun ini. Iuran per sohibul untuk Qurban Lembu adalah Rp 2.000.000, jumlah besaran iuran ini sudah termasuk beaya pengelolaan.

Hal yang sangat disayangkan adalah diantara 7 lembu, hanya 1 yang jenis lokal. Yang lainnya hasil kawin silang. Sapi Jawa putih kini makin langka akibat minimnya minat orang memelihara sapi Jawa.
Padahal daging Sapi Jawa kandungan lemaknya jauh lebih sedikit daripada sapi hasil silangan atau sapi Eropa.
Yah... sudahlah, Idul Adha tahun depan saya akan mempengaruhi panitia qurban untuk mengutamakan jenis Sapi Jawa.
Lembu rombongan kedua

Setelah Lembu datang, seperti biasa anak-anak mulai ramai datang & menontonnya. Memang, ada tuntunan agar hewan Qurban ditempatkan ditanah lapang agar ummat bisa menontonnya, mungkin semacam sebagai syi'ar. Hal ini mengingatkan saya dengan "masjid sebelah" yang selalu tertutup & menyembunyikan hewan Qurbannya disebuah kebun yang tertutup pagar seng menjulang tinggi. Maklum saja, di "masjid sebelah" itu regenerasi ummat begitu kering dan boleh dibilang "masjidnya orang orang tua".

Setelah Isya saya bersiap untuk Takbiran. Takbiran kali ini agak unik, yaitu keliling kampung dengan sepeda yang dihias. Takbiran dengan sepeda yang awalnya ditakutkan kacau, Alhamdulillah justru menjadi rekor takbiran tercepat dan paling ringkas dalam sejarah Patada 8. Kami berhenti di halaman pendopo Kecamatan. Saya ajak anak-anak Patada 8 nonton lembu Qurban dari Masjid Kalimosodo, jumlahnya dua kali lipat jumlah di Masjid Baiturrahim. Tapi untuk ukurannya, Lembu di Baiturrahim masih lebih besar hehehe.
Selesai takbiran, kami kembali ke Masjid Baiturrahim (berangkat takbiran pukul 19.40 sampai Masjid pukul 20.15). Di Masjid kami membagi snack, berfoto-foto & pembagian hadiah untuk anak-anak. Rekan-rekan RISMA ada yang bertakbir dengan corong pengeras suara, tapi saya sendiri langsung bergabung dengan bapak-bapak yang bertugas menunggu Sapi Qurban. Saya ikut menunggui disana sampai sekitar pukul 1 dini hari. Disana saya ngobrol ngalor ngidul soal macam macam hal dengan bapak-bapak.

Sampai malam hari tetap ada Shohibul yang menyerahkan Kambingnya.

Malam semakin larut, karena tak kuat dinginnya maka saya pindah tidur di Masjid saja. Terasa oleh saya hanya sesaat memejamkan mata tiba tiba.....BYARRR lampu Masjid menyala terang, saya bangun. Ternyata sudah pukul 04.05 yang berarti waktunya Azan Subuh. Saya bergegas berwudhu lalu Sholat jamaah.

Setelah Sholat Subuh, seperti sebuah tradisi wajib, saya Sholat Id di Alun Alun Kidul. Motor saya titipkan di Masjid Margoyowono yang letaknya ada disebelah Timur Alun Alun. Di Masjid yang sudah saya anggap sebagai "rumah ketiga" saya ini saya lihat hewan Qurban diikat dipagar tembok pinggir jalan. Oleh pak Hartoko (takmir) berkata "hewan Qurban harus dipertunjukkan pada masyarakat, untuk syi'ar".

Selesai Sholat Id saya bergegas pulang ke Patangpuluhan untuk ikut penyembelihan Qurban di Masjid Baiturrahim. Lokasi menyembelihnya ada didalam gudang Toko Tiga. Sebelum penyembelihan dimulai, eeehh ada lagi yang menyerahkan Kambing. Waduh, waktu itu saya mau bilang kalau menyerahkan Qurban itu sebisa mungkin paling lambat sebelum Sholat Subuh. Karena kalau sebelum prosesi penyembelihan, biasanya akan memperlambat dimulainya prosesi.

Perlu diketahui, jujur saya tidak suka dengan kebiasaan warga sini yang kadang ada yang menyerahkan Kambing Qurban pagi hari sesaat sebelum prosesi penyembelihan.

Akhirnya, saya hitung jumlah Qurban kali ini sejumlah 7 ekor Lembu & 5 ekor Kambing. Jumlah ini menurun sedikit dari tahun kemarin yang berjumlah Lembu 8 ekor & Kambing (hehehe saya lupa, tapi sekitar 10 ekor). Penyembelihan dimulai pukul 08.30, saya suruh anak-anak kecil menggiring Kambing ketempat penyembelihan. Ehh disana ternyata sudah tergolek seekor Kambing Jawa yang entah dari sohibul mana, warnanya belang hitam-putih mirip kambing Jawa pak Rinto. Jadi total Kambing jika ditambah ini adalah 6 ekor.

Catatan penting untuk Idul Adha kali ini adalah, sebaiknya kalung nomor hewan memakan bahan yang kuat...bukannya dengan kertas HVS. Coba nanti tahun depan saya menawarkan diri untuk membuatkan nomor Kambing Qurban dengan bahan triplek seperti di Masjid Wiwarajati.

Lembu nomor 1 adalah salah satu yang paling besar diantara semuanya, badannya tinggi besar & berwarna putih. Lembu jenis Brenggolo ini salah satu sohibulnya adalah Pak Kuskoyo (ketua takmir Baiturrahim). Lembu terbesar adalah nomor 7, sapi berwarna coklat hasil persilangan Ongole x Limousine ini sifatnya beringas. Karena itu yang nomor 7 didahulukan penyembelihannya.

Lembu bapakku mendapat nomor urut 4. Sapi bertubuh kekar padat berisi ini hasil silangan Ongole x Simmental. Untuk tahun ini, Lembu ini diberi nama "Sentinel Prime". Tahun lalu Lembu bapakku yang diberi nama "Sapi Yorkshire" juga nomor 4, jenisnya Ongole berwarna putih tapi ukuran badannya lebih kecil.
Sapi yang salah satu sohibulnya adalah bapakku.
Ini adalah Lembu terakhir yang disembelih, nomor 6.
Weeee lha, Pak Barjo malah ngopo ki??
Setelah semua hewan selesai disembelih, lalu jerohan, kulit & daging dikelola oleh warga yang bahu membahu. Pembagian daging tidak dengan kupon, tidak pula dengan cara warga mengantri datang ke Masjid. Kami panitialah yang mendatangi warga, agar tak terjadi kericuhan antrian yang cuma membuat malu Islam saja. Seperti yang terjadi di Istiqlal. Alhamdulillah, pengelolaah daging qurban berjalan lancar dan tanpa halangan. Ketika adzan Ashar berkumandang, tempat sudah mulai dibersihkan.

Ternyata diantara warga yang bekerja bakti mengelola daging, ada pak Joko yang pada saat itu masih belum memeluk Islam. Perlu saya tegaskan, beberapa hari lalu pak Joko beserta anak & istrinya menyatakan memeluk Islam di Masjid Baiturrahim. Didepan rumahnya pula hewan-hewan Qurban ditambatkan. Maka terbukti bahwa hewan Qurban bisa jadi sarana syi'ar yang ampuh.
Pak Joko
Sekian, wassalamualaikum.

Senin, 17 September 2012

Matahari Terbit di Bukit Plawangan

Menyaksikan matahari terbit dipuncak bukit Plawangan, dengan suhu yang begitu dingin dan kabut yang menutupi pepohonan. Sangatlah indah menyaksikan salah satu ciptaan Allah SWT ini.
Subhanallah...







Selasa, 05 Juni 2012

Candi Sari, sebuah mahakarya peninggalan bangsa Jawa dimasa lalu.

Candi Sari terletak di sebelah timur laut Candi Kalasan. Secara administratif candi bercorak
Budha ini berada di dusun Bendan, desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman.
Candi Sari.

Candi ini dibangun sekitar abad 8 masehi yakni hampir bersamaan dengan candi Kalasan.
Hal ini lebih didasarkan pada kesamaan pola hias serta keberadaan Bajralepa (semen putih pelapis batu candi yang terbuat dari fosfor).
Batu yang dilapisi Bajralepa.
sisa bagian yang masih dilapisi Bajralepa.
Candi Sari merupakan salah satu candi yang unik dari sisi arsitektur yakni menampakkan bangunan bertingkat. Bangunan candi bertingkat yang lain adalah candi Plaosan di Prambanan, Jawa Tengah. Diperkirakan dahulunya pembagian antara ruang atas dan bawah dipisahkan dengan lantai kayu.

Dahulu, bahan yang digunakan sebagai dasar lantai kedua adalah kayu Jati.
Candi Sari pada saat pertamakali ditemukan dalam kondisi rusak, meski seluruh bangunan tidak menampakkan roboh yakni sesuai gambaran dari H.N Sieburg di tahun 1940.
Di tahun 1929/1930 Candi Sari untuk pertama kalinya dipugar meski dalam kondisi yang tidak sempurna yakni bagian selasar keliling bangunan, penampil pada pintu masuk serta stupa atap tidak terpasang utuh karena sisa-sisanya telah hilang.
relief yang menggambarkan seekor Gajah yang sedang dimandikan.
sebagian stupa Candi Sari belum berhasil dipugar
Pada dinding luar candi dipahatkan relief-relief Bodhisatwa sejumlah 38 buah yakni 8 di sisi timur, 8 di sisi utara, 8 di sisi selatan dan 14 di sisi barat. Relief-relief tersebut digambarkan berdiri dengan memegang bunga teratai. Sedangkan pada sisi kanan dan kiri masing-masing jendela dipahatkan makhluk kayangan berwujud Kinara dan Kinari yakni makhluk bertubuh burung dengan kepala manusia.
Relief Bodhisatwa
salah satu relief  Bodhisatwa.
Candi Sari memiliki denah empat persegi panjang dengan ukuran 17,3 x 10 m dengan konstruksi bangunan bertingkat pada dasarnya telah banyak dijumpai pada relief candi Borobudur. Candi terbagi menjadi tiga bilik yang kemungkinan di dalamnya pernah diletakkan arca Budha yang diapit Bodhisatwa.
bagian teras Candi Sari, sedang dalam proses restorasi.
salah satu sudut Candi Sari

Selasa, 10 April 2012

Pulau Maratua, sebuah eksotisme dunia kebanggaan Indonesia.

Pulau Maratua
Apakah anda pernah mendengar nama pulau Maratua?? Pulau Maratua adalah sebuah pulau indah yang terletak di antara pulau Kalimantan & Sulawesi. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang berlokasi paling luar di wilayah Indonesia.
Pulau Maratua adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Sulawesi dan berbatasan dengan negara Malaysia. Pulau Maratua ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur. Pulau berbentuk kecil panjang dan lengkung tajam ini berada di sebelah selatan dari Kota Tarakan dengan koordinat 2° 15′12″ LU, 118° 38′41″ BT (di bagian batas luarnya). Di pulau ini terdapat Danau Haji Buang dan Danau Tanah Bamban.
pulau Maratua
Fasilitas di pulau Maratua
Pulau Maratua adalah sebuah pulau kecil yang sangat indah. Keindahan pulau ini tidak hanya ditunjang oleh keindahan alamnya, namun juga segala hal yang hidup di pulau ini. Pulau ini telah memiliki beberapa resort berkelas dunia yang menawarkan penginapan yang menyatu ditengah keindahan pulau ini. Rumah-rumah penginapan ini ada yang dibangun diatas air, sehingga pengunjung bisa berinteraksi dan menikmati keindahan biota laut Pulau Maratua.
Karena listrik belum mencapai pulau ini, maka fasilitas listrik di Maratua menggunakan energi Matahari.
sebuah resort di pulau Maratua
Kebudayaan Penduduk Maratua
Penduduk yang tinggal di pulau Maratua adalah penduduk yang berasal dari Kalimantan. Karena itulah kebudayaan, adat dan tradisi mereka sangat mirip dengan tradisi dan budaya orang Kalimantan pada umumnya. Namun gaya kehidupan keseharian mereka sudah beradaptasi dengan alam pulau Maratua.

salah satu tarian tradisional warga setempat.
Keunikan pulau Maratua
Yang membedakan pulau Maratua dengan objek wisata bahari Indonesia lainnya adalah keunikan biota yang hidup di pulau indah ini. Keindahan alam Maratua adalah tempat hidup dari beragam spesies unik khas pulau ini. Beberapa keunikan pulau ini antara lain:
1.) Penyu.
Tidak seperti di daerah lainnya, Penyu pulau Maratua hidup menetap di lingkungan pulau Maratua. Mereka bahkan juga bertelur di pulau dan hidup menetap di perairan Maratua.
Tentunya sangat luar biasa, wisatawan dapat merasakan sensasi berenang bersama biota purba ini didalam air yang sangat jernih dan dangkal.Wisatawan juga bisa dengan mudah memberi makan Penyu dan berpose difoto berenang bersama Penyu.
Penyu
2.) Ubur-ubur Tanpa Sengat.
Di dunia ini, tempat yang tercatat memiliki spesies Ubur-ubur tanpa sengat hanya di 2 tempat. Beruntung sekali negeri kita ini memiliki spesies Ubur-ubur ini. Hebatnya, jenis Ubur-ubur Tanpa Sengat di pulau ini tak hanya 1 jenis, tapi ada 4 jenis. Wisatawan tak perlu takut sama sekali memegang jenis Ubur-ubur ini, bahkan dengan tangan telanjang. Inilah keunikan yang paling unik dari pulau Maratua yang sulit dicari tandingannya di dunia. Berfoto sambil memegang Ubur-ubur adalah sebuah momment yang tak bisa anda lakukan dibelahan dunia lain. Hanya ada di pulau Maratua.....


Selasa, 24 Januari 2012

Hutan Yatir, bukti kalau manusia bisa merubah gurun menjadi hutan.

Artikel ini masih harus saya sempurnakan.

Hutan Yatir adalah sebuah areal hutan buatan yang terdapat di wilayah Israel dan dijadikan sebagai sebuah daerah riset ekologi. Sebelum ditanami pohon, daerah yang kini disebut hutan Yatir ini adalah dataran kering yang beriklim gurun.
Pada tahun 1964, pohon pertama di hutan Yatir ditanam oleh Jewish National Fund yang diprakarsai oleh Yosef Weitz.
Salah satu tujuan utama dibuatnya hutan Yatir adalah demi mendatangkan hujan di daerah Israel yang beriklim kering. Sejumlah ahli berpendapat bahwa tumbuhan akan mengundang awan dan awan akan meyebabkan hujan. Selain itu tumbuhan akan mencegah penguapan air dari tanah yang akan membuat kandungan air di tanah selalu terjaga hingga musim hujan berikutnya.
Usaha penanaman hutan Yatir kini telah sukses merubah landscape daerah yang dulunya kering ini menjadi subur dan penuh dengan tumbuhan yang rimbun. Hingga saat ini areal hutan Yatir terus diperluas hingga tercatat saat ini seluas 30.000 dunams atau 30 Kilometers persegi. Di hutan ini juga terdapat pertanian dan perkebunan anggur yang menjadi sumber ekonomi rakyat sekitarnya.

Sungguh sangat patut dicontoh, ketika deforestasi terjadi di seluruh dunia cara Israel ini patut diterapkan. Seharusnya daerah beriklim kering di Indonesia yang sebagian besar menjadi daerah kantong kemiskinan diterapkan penanaman pohon yang dapat menunjang ekonomi rakyat setempat.

Hanya saja, sebenarnya daerah yang digunakan untuk membuat hutan ini adalah tanah milik ummat Islam yang dirampas oleh Israel.
Berikut ini saya tampilkan sejumlah foto hutan Yatir yang saya dapat dari internet.
daerah perkebunan anggur di Yatir
Hutan Yatir pada masa awal penanamannya
Sebuah waduk besar yang menjadi salah satu sumber air hutan Yatir
Yatir Forest from above
Wisatawan.

Minggu, 28 Agustus 2011

Benarkah masih ada Lingsang di sungai Winongo???

Please, save them!!!
Dini hari, tanggal 22 Agustus 2011 saya bersepeda menuju Masjid yang cukup jauh dari rumahku. Sesampainya di jembatan Tamansari (Jogjakarta) dari sebuar celah retakan tembok sungai yang cukup lebar, saya mendengar suara mencicit yang tak asing bagi saya. Saya kenal betul suara cicitan itu berasal dari Linsang (Prionodon) karena cicitannya agak mirip kucing dan jauh berbeda dari cicitan tikus. Dari jumlah asal suaranya, saya berkesimpulan bahwa jumlahnya lebih dari seekor. Seperti seekor induk Linsang dan beberapa anak-anaknya.



Kejadiannya tidak hanya sekali itu, pada 27 Agustus dini hari saya kembali menengok kebawah jembatan Tamansari tempat sarang Linsang itu berada.... dan masih terdengar suara Linsangnya....

Sangat luar biasa jika dipikirkan, bahwa ditengah kota besar yang cukup berpolusi seperti Yogyakarta ini ternyata masih menyisakan populasi hewan seperti Linsang ini. Padahal Linsang adalah mamalia air yang membutuhkan pasokan makanan yang banyak. Sementara sungai Winongo telah tercemar, yang membuat populasi ikan turun drastis....


Saya amat khawatir bila ada orang yang menyadari ada Linsang di tempat itu pasti akan ditangkap atau dijual. Orang di daerah ini memang brengsek, tidak menghargai alam dan suka membuang sampah ke sungai...
Inilah lokasi dimana saya mendengar suara Linsang, sungai Winongo.